Pernahkah merasa tak berdaya
dengan rentetan tuntutan?
Pernahkah merasa tak sanggup
menghadapi tumpukan kesulitan?
Pernahkah merasa terpojok oleh
kesulitan yang menghimpit?
Hmmm..
Sebagai manusia biasa, saya pernah akrab dengan rentetan tuntutan, berbagai
kesulitan, dan terpojok dalam situasi yang sulit. Sepertinya sudah tidak ada
daya lagi untuk berjuang. Rasanya sudah mengerahkan tenaga maksimal tapi sudah
mentok. Tak kuat lagi melangkah. Mau ngeden? Mau main curang? Jujur saya tidak
sanggup.
Satu contoh, saat itu saya dan Ardias sedang sibuk dengan PKM (Program
Kreativitas Mahasiswa), KKN, dan tugas-tugas kuliah yang naujubillah banyaknya.
Mengurusi PKM saja rasanya sudah jungkir balik. Kami benar-benar mengabdi untuk
urusan PKM itu. Mengurus proposal lah. Birokrasi lah. Administrasi lah. Tetek
bengek urusan PKM harus kami handle sendiri berbarengan dengan urusan KKN yang
sedang sibuk-sibuknya cari pendanaan dan tugas kuliah yang hampir setiap hari
mengumpulkan paper dan laporan. Mungkin benar kata Peterpan, serasa kaki di
kepala, kepala di kaki. Kami pontang panting membagi waktu kami. Banyak waktu
kuliah yang kami korbankan. Kami sudah sering ijin. Dan tibalah saat kami harus
membayar uang KKN. Tapi kami hanya punya waktu maksimal satu jam saja di tengah
waktu ‘luang’ kami. Tidak boleh lebih dari itu karena Dias sudah tidak punya
stok waktu untuk membolos. Dia sudah kebanyakan membolos, jika hari itu dia
membolos, ia terancam tidak bisa ikut ujian. Baiklah. Karena urusan bayar
membayar tidak bisa diwakilkan dan harus dibayarkan pada hari tertentu sesuai
dengan jadwal yang sudah ditetapkan, kami pun berangkat menuju BNI. Begitu
sampai disana, duhai ibu, Bank sebesar itu sudah macam pasar. Lobby BNI penuh
sesak oleh customer Bank dan para mahasiswa yang akan membayar KKN. Kami masuk
seperti orang linglung saja. Celingak celinguk kemudian dihampiri satpam.
Biasalah satpam Bank menyapa dengan ramah. Tanpa ditanya pun mereka sudah paham
bahwa kami adalah mahasiswa yang mau bayar KKN. Satpam tersebut menyuruh kami
untuk ambil antrian dulu. Kami diminta memencet mesin untuk ambil kertas
antriannya. Entah mendapatkan nomer berapa saat itu. Kami hanya ndomblong
melihat antrian. Penuh sesuk begitu. Entah kami harus menunggu berapa puluh
nomor. Sepertinya waktu itu adalah tenggat waktu pembayaran, atau hanya hari
itu yang bisa kami luangkan untuk membayar ya. Saya sudah lupa. Kalau tidak
salah, dari cerita teman-teman yang sudah membayar, ngantrinya bikin keriting
karena saking banyaknya. Pikiran saya sudah macam-macam. Bagaimana kalau nanti
nggak bisa ikut kuliah. Bagaimana kalau ngantri sampai siang. Bagaimana dengan
pekerjaan kami yang belum terselesaikan. Dan akhirnya saya blank. Saya suruh Dias untuk duduk. Syukurlah masih ada tempat
duduk untuk kami berdua. Jujur, kenapa saya suruh duduk, soalnya saya sudah
lemes dan nggak bisa mikir lagi. Sudah pasrah aja begitu. Pasrah sepasrah
pasrahnya. Mau telat kuliah ya monggo lah.
Eeeh baru duduk sebentar ada petugas yang menghampiri, petugas
tersebut menanyakan apakah kami mau membayar KKN. Kami jawab iya. Kemudian
petugas tersebut menyuruh kami naik ke atas. Katanya kami akan dilayani di
ruang atas karena antrian banyak. Sampai di lantai dua kami celingak celinguk
karena tidak ada mahasiswa lain selain kami yang membayar di lantai atas. Kami
hanya menunggu sebentar saja, lalu ditemui oleh petugas, membayar, tandatangan
dan beres! Tak sampai sepuluh menit! Dan setelah itu nggak ada lagi yang
disuruh naik ke atas untuk melakukan pembayaran seperti kami.
What a miracle!
Teman saya misuh-misuh waktu saya ceritakan bahwa kami tak perlu
ngantri sampe keriting. Dan hanya sepuluh menit! Hehe. Dias dan saya bisa masuk
kelas lagi. Nggak perlu mbolos! Yess! Kami nggak perlu Titip Absen atau TA demi
menyelamatkan absensi kami yang diambang batas toleransi. Dias dan saya selamat
dari kecurangan. Yeaay :)
Sesudah kesulitan ada kemudahan.
Dan sesudah kesulitan ada
kemudahan.
Allah bahkan mengulanginya dua kali dalam ayat 6 dan 7 surat Al
Insyiroh. Itu yang selalu saya pegang. Janji Allah itu pasti. Ketika sudah
maksimal usaha kita. Lalu kita mentok pada jalan buntu, akan selalu ada
pertolongan selama kita yakin. Biarlah Allah dengan kuasaNya yang menyelesaikan
permasalahan kita.
Sebuah Quote menarik dari Jaluddin Rumi mungkin bisa menjadi
ilustrasi. “Dan jika semua jalan
ditutupNya, akan ada jalan tersembunyi yang dibukakan Allah SAW yang tidak
pernah akan kau bayangkan sebelumnya”. Ya. Kita tidak pernah tahu rahasia
Allah. Bahkan Nabi pun juga tidak pernah tahu jalan apa yang Allah persiapkan
untuk mereka. Saya selalu ingat petikan kisah yang ditulis Salim A Fillah
tentang para Nabi.
Ketika Nabi Musa AS terpojok oleh tentara Firaun di Laut Merah, beliau
tidak pernah tahu mengapa Allah menyuruhnya mengetukkan tongkatnya di sebuah
batu. Ketika Allah perintahkan untuk mengetukkan tongkatnya, Ia lakukan saja
dengan keyakinan. Ternyata Allah belah Laut Merah. Allah ijinkan Nabi Musa dan
pengikutnya untuk menyusuri Laut Merah, berlari menghindari Firaun.
Nabi Nuh AS, tidak pernah tahu mengapa Allah menyuruhnya membuat
bahtera sebesar itu padahal mereka berada di dataran yang jauh dari perairan.
Beliau hanya melakukannya karena iman kepada Allah. Meski disangka gila. Meski
dicerca. Beliau tetap teguh pada keyakinannya. Ternyata Allah datangkan air
bah. Ternyata bahtera itu digunakan untuk menyelamatkan Nabi Nuh AS dan
pengikutnya yang beriman.
Nabi Ibrahim AS tidak pernah tahu jika kemudian Allah mengganti
puteranya Nabi Ismail AS yang nyaris akan disembelih dengan domba besar.
Bayangkan betapa terpojoknya Nabi Ibrahim kala itu. Ismail adalah putra yang ia
nantikan berpuluh-puluh tahun. Namun, ia rela, dengan iman kepada Allah ia
laksanakan apa yang ia yakini sebagai perintah Tuhannya. Maka Allah ganti
keimanannya dengan peristiwa besar Idul Adha.
Satu kata! Yakin. Allah menjanjikan kemudahan bagi orang-orang yang
telah melakukan segala sesuatu secara maksimal kala dihadang kesulitan. Allah
memerintahkan kita untuk berikhtiar, untuk berusaha. Selama yang kita lakukan
adalah sesuatu yang positif, keajaiban itu akan datang secara tak disangka pada
saat yang tak terduga. Tentunya, pada saat yang tepat! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar