Sabtu, 26 Januari 2013

Dibalik kisah cinta Rama-Sinta




Ada yang tahu kisah Rama Sinta?
Apa yang tergambar di benak kita soal kisah ini?

Romantis?
Roman banget?
Picisan banget?
Roman picisan? (yaela digabung doang nggak kreatif amat )
Cinta sejati?
Panutan bagi penghamba cinta?

Hmmm simak dulu deh kisahnya,

Dikisahkan Rama adalah seorang pangeran berwajah tampan dan gagah berani. Suatu saat, bersama adiknya ia pergi membasmi para raksasa. Di tengah perburuannya, ia melihat keramaian di negeri tetangga yang ternyata sedang digelar sayembara untuk mendapatkan putri raja. Syaratnya, para petarung harus bisa menarik busur Dewa Siwa yang naujubillah beratnya kalau diangkat, yang konon hanya bisa dipakai oleh orang-orang tertentu.  Rama ikut sayembara tersebut karena bujukan adiknya, Laksamana. Dan ternyata ia justru terpesona pada keanggunan, kecantikan, kesederhanan Sinta. Ia tanpa sengaja salah masuk ruangan tempat Sinta menunggu sayembara bersama para dayang. Dan Sinta pun juga jatuh cinta pada pandangan pertama pada Rama. Kisah cinta itu pun dimulai. Rama memenangkan sayembara itu. Ia akhirnya memboyong Sinta ke Ayodya, ibukota Kosala.

Betapa bahagia Raja Kosala mendapatkan menantu putri yang jelita. Sebagai hadiah, diangkatlah Rama sebagai Raja. Ujian pertama dimulai. Istri muda Raja Kosala, ibu tiri  Rama, tidak terima dengan pengangkatan Rama sebagai raja. Menurutnya, anaknya lah yang lebih berhak. Maka dibuatlah skenario busuk untuk mengusir Rama dan Sinta dari Ayodya. Pasangan itu diasingkan selama 14 tahun. Laksamana ikut bersama kakaknya dalam pengasingan tersebut. Selama dalam pengasingan, banyak musuh Rama yang ingin membalas dendam. Terutama Rahwana, raksasa jahat yang menginginkan Shinta. Rahwana tentu saja punya cara licik untuk menculik Shinta. Salah satu raksasa menyamar menjadi kancil yang memikat Shinta. Shinta merajuk Rama untuk menangkap kancil jelmaan ini. Demi istrinya yang terus merajuk, Rama pun mengejar kancil. Sinta dititipkan pada sang adik, Laksamana. Ketika kancil berhasil ditangkap, kancil ini merintih minta tolong serupa suara Rama. Sinta yang cemas mendengar suara suaminya memohon pada Laksamana untuk menyusul Rama. Laksamana bimbang. Sinta terus memohon. Shinta pun dibuatkan lingkaran perlindungan. Sinta diwanti-wanti untuk tidak keluar dari lingkaran. Tapi Rahwana tak kalah licik. Ia memang tidak bisa menembus lingkaran itu tapi ia bisa membuat Shinta keluar dari lingkaran. Rahwana menyamar sebagai kakek renta yang meminta air. Sinta yang hatinya begitu lembut, tak pikir panjang lagi untuk menolong sang kakek. Saat Sinta keluar dari lingkaran, tangannya ditarik dan dibawa ke Alengka.

Mengetahui istrinya diculik Rahwana, Rama marah besar. ia berupaya mengembalikan Sinta. Sampai-sampai ia mengancam Baruna, Dewa Laut, untuk mengeringkan lautan jika Baruna tak mau membantu rama untuk sampai ke Alengka. Baruna akhirnya mau membantu. Ia menawarkan bantuan untuk membuatkan jembatan sampai ke negara Alengka sehingga para kawanan kera yang ikut menjadi pasukan Rama bisa sampai ke kesana. Drama pertarungan dimulai. Rahwana tumbang. Sinta berhasil dibawa pulang. Kegembiraan mereka bertambah. Rama diangkat kembali menjadi Raja Kosala. Berselang bulan, kebahagiaan mereka padam oleh bisik-bisik rakyat Kosala yang mempertanyakan kesucian Shinta.  Rahwana adalah raksasa kelas  iblis yang bisa saja menyamar menjadi apa saja dan memperdaya shinta, apalagi Shinta ditawan selama berbulan-bulan. Siapa yang bisa memastikan jika tak terjadi apa-apa pada Shinta. Rama terusik. Ia seorang Raja. Kewibawaannya akan jatuh jika rakyat tak memihak kepadanya dan meragukan ratunya, Laksamana mengutuk kebodohan Rama. ia tak habis pikir kakaknya lebih peduli terhadap bisik-bisik rakyat yang sama sekali tak membantunya selama ia diasingkan, atau membantunya mendapatkan Shinta ketika berperang dengan Rahwana. Bagaimanapun, Shinta adalah istri yang berbudi luhur, seorang wanita terhormat. Ia telah bertekad untuk mengabdi pada suami yang begitu ia cintai. Ia ikhlas untuk mengikuti ujian kesucian demi mematahkan desas desus tak jelas itu. Ia harus melalui kobaran api yang memerah. Tapi api keresahan tak pernah bisa dipadamkan oleh Rama sendiri. Nyatanya walaupun Shinta berhasil melalui ujian tersebut, beberapa bulan kemudian, saat rakyat kembali menyangsikan kebenaran ujian dan tega sekali  menuduh Shinta telah dibekali ilmu hitam oleh Rahwana sehingga ujian itu hanya kebohongan belaka, Rama kembali tak mempercayai istrinya. Ia bahkan sampai hati mengasingkan istrinya dari Kosala. Shinta pun ikhlas, demi baktinya pada suami ia mau melakukan ujian tersebut. Ia samasekali tidak menyangsikan cinta Rama padanya. Ia hanya sedih sepuluh tahun akan berpisah dengan lelaki yang begitu ia kasihi.

Tidak ada yang tahu, Rama sekalipun tak pernah tahu bahwa saat itu Shinta sedang mengandung anak Rama. Ia baru mengetahuinya saat dua belas tahun kemudian datang dua orang anak kembar yang memporakporandakan kerajaan Kosala. Kedua anak Rama ini, Lawa dan Kusa begitu murka atas perlakuan ayahnya terhadap Shinta. Mereka yang tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas secara tak sengaja membaca kisah Resi Walmiki yang menulis roman cinta Rama Sinta. Bahkan, panah Syiwa tak mampu membendung kemarahan dua bocah ini yang secara membabi buta menghujamkan senjata Dewa Brahma. Secara kedigdayaan, senjata rama adalah senjata paling ampuh di muka bumi ini tapi itu hanya berlaku jika Shinta meridloi apa yang akan dilakukan Rama terhadap panah tersebut. Namun, kini senjata dua bocah kembar itu justru tak tertandingi. Senjata itu semakin bertambah dahsyat dan tak terkalahkan jika diiringi dengan kemarahan yang direstui oleh para dewa.

Mengetahui anaknya menghancurkan Kosala, Shinta bergegas menyusul anaknya didampingi Resi Walmiki. Namun, apa yang terjadi? Rama kembali tak mempercayai istrinya bahwa kedua bocah lelaki itu adalah darah daging Rama. Betapapun Rama mengatakan bahwa ia begitu mencintai Shinta, tapi Shinta sudah lelah kali ini. Lelah menunggu api keresahan yang tak juga padam di dalam hati Rama. Shinta seperti orang kesetanan. Memukul-mukul tanah. Memanggil-manggil Ibu Pertiwi memohon untuk dikembalikan ke tanah karena buat apa lagi ia hidup jika ia tak pernah dipercaya oleh suaminya sendiri yang selama ini begitu ia cintai. Ibu Pertiwi merestui. Shinta kembali ke pangkuan pertiwi, ke dalam perut bumi. (diparafrasekan dari salah satu cerpen TERE LIYE, Percayakah kau padaku?

Apa yang terpikir sekarang?
Udah nggak ngefans lagi sama Rama-Sinta?
Amit-amit menjadikannya panutan?

Saya juga mikir gitu begitu tahu kisah sebenarnya. Tadinya saya pikir ini kisah yang aje gile. Hebat! Kisah cinta terpopuler sepanjang masa. Romantisme dua sejoli yang happy ending. Tapi ternyata saya SALAH BESAR! Kisah Rama dan Sinta malah begitu memilukan, justru menyimbolkan ketidakadilan cinta itu sendiri. Sama sekali tidak menggambarkan arti cinta sejati. 

Nggak jadi deh kasih nama rama buat anak saya nanti, biar ga jadi lelaki galau, yang gak percayaan ma istrinya. Apa si Rama itu nggak bisa berpikir jernih ya? Shinta itu kan wanita terhormat, mau berkhianat dalam pikirannya pun pasti nggak pernah. Pas susah mau mendampingi. Kok ya masih disangsikan. Hedeh. Temennya teman kantor saya, si Fery malah bilang gini, justru Rahwanalah  yang cintanya lebih sejati pada Sinta. Berbulan-bulan menculik Sinta, nggak ngapa-ngapain Shinta. hihi. Anyway, ini hanyalah sebuah kisah yang tidak nyata. Rekaan saja kan, dongeng jaman dahulu kala yang diceritakan turun temurun dari kakek buyut kita. Tapi toh tetep ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari cerita ini kan? Apakah itu? Yup jawabannya adalah TRUST. 
Apa sih artinya cinta kalau tidak dilandasi trust? mau jadi apa sebuah hubungan kalau timpang kepercayaan. Cinta tanpa trus cuma jadi penyesalan dan derita walaupun katanya cinta mati tapi tetap saja itu bukan cinta sejati. So, mari belajar untuk mempercayai pasangan kita. Berbaik sangka. Berpikir rasional dan tidak mengedepankan emosional semata. Aseek.. 

Kamis, 24 Januari 2013

Ssst... Hati-hati kalau berujar, bisa-bisa dikabulin Allah lho! ^^



Seseorang yang setiap hari saya stalking-in blognya ehem pernah berkata demikian. Apa pasal? Sehari sebelum nikah pernah dia nyeletuk, pengen bulan depan udah ga period lagi. Maksudnya bulan depan udah hamidun gitu. Ehhh bulannya depannya dia kaget sendiri, uda ada baby di rahimnya. Kok ya cepet banget begitu pikirnya.

Nah kasus kayak gini kayaknya kok hampir sama ya dengan saya. Saya itu selalu berujar dan berkeinginan nggak pengen pacaran. Ya soalnya emang nggak pengen gitu disibukkan dengan uruan cinta walau kadang juga pengen punya seseorang yang dikangenin. Halah. Dan ternyata betul-betul diridloi lho sama Allah. Sampai sekarang saya nggak pernah pacaran. Antara ngenes dan  seneng sih. Buahahaha. Ngenesnya karena kok kasian amat diri ini nggak ada pengalaman cinta. Ibuk saya tiap hari khawatir kali ya anak gadisnya gak laku-laku. Nggak ada yang ngapelin. wkwkwk. Tapi ya happy-happy aja tuh. Perjalanan akademik saya lancar. Tidak diganggu urusan pacar yang posesif, agresif, melankolis. Atau sayanya yang melankolis nangis-nangis gara-gara pacar gak perhatian. Alhamdulillah wa syukurillah kan. Itu hikmah yang selalu saya syukuri di balik ngenes dan minimnya pengalaman cinta saya.. haha.

Tapi toh selama ini Allah selalu mengabulkan apa yang saya inginkan. Jadi kalau misalnya saya pengen nikah kan tinggal minta aja secara intensif. Udah pasti dikabulin kan ya Allah..#kedip kedip sambil teriak Amiiiin :D

Beberapa hari yang lalu baru saya ngeh kalau selama ini Allah selalu mengabulkan doa dan permohonan saya. Soalnya saya kan pernah berdoa nih pengen deh kerja yang bikin saya bahagia, bisa beribadah dengan leluasa pada Allah. Nah ternyata tanpa saya sadari, saya itu happy banget dengan kerjaan saya. Ngeh-nya sih terjadi karena Tata bilang kalau kuliahnya ampun-ampunan beratnya. Bebannya mungkin gak seberapa berat seperti pas skripsi atau ngerjain PKM tapi beratnya itu lebih pada urusan emosional karena ga ada social support. Gak ada teman yang menemani, yang membersamai, yang kasih dukungan, yang bisa diajak curhat, makanya dia happy banget kalau main ke kantor saya. Katanya punya efek relaksasi  gitu. Ngobrol sama temen-temen kantor bikin dia happy gile. Ilang deh penat dia saat kuliah. Trus saya flashback pada perjalanan hidup saya selama ini. Apa coba yang nggak dikabulkan Gusti Allah pada saya? Saya minta kuliah di Psikologi, Allah kabulkan. Saya minta lulus cumlade, Allah kasih. Saya pengen lulus skripsi dengan sukses juga dikabulkan walaupun dengan proses yang berdarah-darah.. hehehew. Allah telah begitu baik pada saya. Saya yakin Allah pun begitu baik pada kita semuanya. Hanya saja kita sering luput untuk memahami nikmat Allah jadi nggak sadar deh kalau doa kita sudah diijabah, betapa permohonan kita telah dikabulkan. Misalkan pun tidak seperti yang kita mau tentu malah diganti dengan yang lebih baik. 
Positive thinking aja deh. Allah Maha baik kok! Perbanyak aja dengan doa dan perkataan yang baik. Siapa tahu, tanpa kamu sadari Allah mengabulkan apa yang kamu minta saat itu juga. wuzzzzzzzzzzz ^_^