Selasa, 30 Juli 2013

Adakah doa yang tak terjawab?

Adakah doa yang tak terjawab?
Tidak ada doa yang tidak terjawab, meski jawabannya adalah TIDAK.
(Chatting dengan Tuhan, Dimas Bramasto)

Ya, doa saya terjawab meski jawabannya adalah TIDAK. Doa apa yang selama berbulan-bulan ini saya panjatkan? Saya ingin kuliah profesi di UGM tahun ini, 2013. Menjadi Psikolog. Bergelar M.Psi, Psi di tahun 2015. Harapan saya nantinya bekerja dengan waktu yang fleksibel agar bisa mengurus rumahtangga dan anak-anak secara lebih baik. Ternyata Tuhan belum mengijinkan rencana itu terjadi. Atau tidak mengijinkan? Saya tidak tahu. Yang jelas apa yang saya harapkan untuk kuliah profesi tahun ini tidak dikabulkan.

Doa adalah permohonan yang dipanjatkan hambanya kepada Tuhan atas harapan yang ingin ia capai. Ada yang bilang dalam berdoa tidak boleh mendikte Tuhan. Yamasak Tuhan didekte sih, Tuhan kan Maha Tahu. Gita kemarin bertutur, kita jangan mendikte Allah dalam berdoa. Biarkan Tuhan yang berkehendak dengan caraNya. Misal nih kita ingin duit, tapi jangan berdoa begini. Ya Allah tolong proyek ini disukseskan agar saya punya duit. Tapi bilang begini, Ya Allah saya ingin punya duit saya mohon rizqiMu. Itu poinnya. Tidak mendikte kan? Tapi juga jangan lantas tidak berusaha, pasrah begitu saja dan berpedoman bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Tahu. Allah kan juga ingin melihat kesungguhan usaha kita dalam mencapai harapan melalui doa.

Dalam uraian Bapak Prof Quraishi Shihab tadi pagi sehabis sahur, ada hadist yang bunyinya kira-kira begini “Yang dapat mengubah ketetapan Allah hanyalah doa”. Jika merujuk pada hadist ini, maka kita diisyaratkan untuk berdoa. Kita diperintahkan untuk meminta agar harapan kita menjadi realita. Tapi berdoapun harus memakai etika. Ada adab yang harus kita perhatikan. Berdoalah dengan penuh harap, dengan penuh kesungguhan, dengan tulus, dengan santun, dengan optimisme bahwa Tuhan akan mengabulkan doa kita. Hindari doa yang seperti ini: “Jika Engkau berkenan maka..” menurut Bapak Quraishi Shihab hal itu menunjukkan bahwa seolah-olah kita tidak bersungguh-sungguh dengan doa kita.

Dan tentang dikabulkannya doa terkadang Allah tidak langsung mengabulkan pada saat itu juga. Terkadang permohonan kita ditangguhkan. Terkadang dijawab dengan jawaban tidak dan diganti dengan yang lebih baik menurut Allah SWT. Contoh permohonan yang ditangguhkan adalah doa Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS saja perlu ribuan tahun agar doanya bisa terkabul. Beliau mengharapkan turunnya Nabi. Baru 2000 tahun kemudian lahir Rasulullah SAW. Contoh doa yang dijawab Tidak. Ya doa saya di atas. Dan doa nya Gita. Doa Gita pernah lho dijawab TIDAK. Padahal ikhtiarnya mati-matian untuk bisa masuk Fakultas Seni Rupa ITB. Ia ingiiin sekali kuliah disana. Itu mimpinya sejak lama. Bahkan sejak kecil. Dan ketika tidak diterima katanya sakitnya kayak ditusuk samurai. Sama Git. I know what you feel. Hiks. Tapi toh ternyata Allah SWT menggantinya dengan jalan yang lebih baik. Bapak Ibunya menyuruh Gita masuk jurusan komputer agar cepat kerja dan bla bla bla. Gita nurut aja dan akhirnya keterima di jurusan ilmu komputer. Walaupun di tahun-tahun awal nangis-nangis dan merasa salah jurusan tapi ipekanya malah jadi 3.8 padahal menurut Gita ia nggak sebaik itu dalam mengerjakan ujian. Gita juga sempat berniat ikut ujian ITB lagi lho tahun depannya. Well, akhirnya dia menyadari. Doanya dijawab tidak dan diganti dengan sesuatu yang lebih baik. Ia merasa jalannya yang terbaik ya jalan yang sekarang. Kuliah di Ilmu komputer. Bakatnya pun masih bisa terfasilitasi walaupun tidak kuliah di jurusan desain.

Thanks to Allah yang membawa pemahaman saya mengenai doa melalui Gita, Prof Quraishi Shihab dan juga Dimas Bramasto. Saya tersadar. Saya kini semakin percaya bahwa permohonan saya akan diganti dengan sesuatu yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan saya, sesuai dengan ridlo Allah SWT. Bukankah apa yang kita pandang baik belum tentu baik buat kita? Saya ingin berkarir sebagai Psikolog tadinya. Tapi Allah lah yang tahu mana yang terbaik. Saya sekarang sedang mengangkat tangan lagi. Menghaturkan doa lagi. Berikhtiar lagi memohon ridlo atas harapan baru yang ingin saya capai. Semoga ini yang terbaik menurut Allah SWT. 
Apa doa saya? Sssst. Saya rahasiakan dulu. In progress. Wish me luck J    

Senin, 15 Juli 2013

Balada hidup seorang gadis


Bukannya saya tidak mau mensyukuri nikmat, tapi saya sering bingung menempatkan diri. Sebetulnya saya ada di posisi umur berapa?

Secara yuridis,  di tahun 2013 ini saya berusia 23 tahun. Tapi saya sering dikhianati kondisi biologis saya yang terkadang membuat saya tampak seperti beberapa tahun lebih tua atau lebih muda. Yang parah, kelebihan usia atau potongan usia yang tampak pada pandangan orang-orang terhadap tampilan saya itu teramat ekstrem.

Suatu ketika saya pergi ke Kantor Polisi. Ngurus SKCK untuk mendaftar CPNS. Ketika sang polisi mengecek surat saya, beliau bertanya: belum menikah mbak?
Karena saya merasa gadis, perawan tingting dengan tegas saya jawab: Belom Pak.
Dia melihat foto saya dan memandangi saya.
Betul belum menikah? Dia mengulangi pertanyaannya.
Iya belom Pak. Saya sebal betul jawabnya.
Mbaknya lahir tahun berapa sih?
Tahun 90.
Bapak itu menatap saya prihatin. Kombinasi antara geli, dan kaget, gak enak, tapi pengen ngomong.
Mbak jangan marah ya. Sory. Nuwun sewu jangan marah lho ya. Mbaknya ini kok tampilannya kayak udah tiga puluh tahun lebih. Makanya saya kaget waktu mbaknya bilang belom nikah.
Dan itu diaminin sama pak polisi di sebelahnya yang teganya bilang, saya kira kelahiran 80’an mbak. Lebih tua dari saya.
Bisa dibayangkan ekspresi saya waktu itu? à Pengen ngelempar bom molotov!!!

Kalo ada yang memanggil saya ibu, atau mengira saya ibu-ibu itu sih masih wajar. Udah biasa soalnya. Saya juga paham dengan perawakan saya yang semacam ibuk-ibuk. Pernah konyol juga waktu di bank. Saya baru lulus SMA. Dan bodohnya jarang pergi ke bank dengan tampilan kasual. Biasanya kan pake seragam. Dan saya tidak pernah tahu bahwa SOP di bank itu semua yang perempuan dipanggil ibu. Saya protes dipanggil ibu sama mas teller gantengnya. Saya minta dipanggil mbak. Malu-maluuuiiiin. Etapi kalo peristiwa di kantor polisi itu beneran mak jleeeeeb banget rasanya. Ekstrem. Sumpahgakbohong. Haha.

Ada cerita lagi nih. Pernah ada seorang ibu datang ke rumah. Tamunya Bapak. Sama Bapak saya diperkenalkan dengan tamu tersebut. Ini anak saya. Saya salim dong sama ibu itu. Eh dia nanya. Kelas berapa dek? Lha saya jawab kelas tiga SMA ngawur aja gitu padahal kuliah tahun ketiga. Hehe.
Lalu pernah juga ada anaknya teman ibu yang berkunjung ke rumah. Masih SMA kelas 2 atau kelas 1 ya. Saya lupa persisnya. Tapi masih imut-imut lah. Kala itu saya sudah Sarjana Psikologi. Kami ngobrol-ngobrol. Eh di saat obrolan si ibu nanya mbak ika mau ngapain habis sarjana. Eh anaknya kaget. Dia pikir saya masih sekolah sama kayak dia. Dia bilang lho sudah sarjana mbak? Saya pikir seumuran saya. Saya jawab dong: Laaah. Emang muka saya masih imut-imut? Haha. Jawab dia yah sebelas dua belas sama temen sekolah saya sih. *Jadi mikir mungkin temen-temennya kali ya yang mukanya udah ketuaan. Haha.

Well, tadinya saya pikir ini masalah. Mungkinkah cara berpakaian saya, tampilan muka saya atau postur tubuh saya. Tapi kalau dipikir-pikir lagi ya terserah orang deh mau anggap saya umur berapa. Toh orang punya persepsi masing-masing. Kayak melihat suatu objek dari berbagai sisi gitu, masing-masing pasti punya perspektif berbeda. Ya sutra lah ya.... Yang penting ga keliatan lebih tua dari ibu saya. Lhooo.. :)

Walaupun Kita punya Keterbatasan, tapi Tuhan punya Keajaiban


Pernahkah merasa tak berdaya dengan rentetan tuntutan?

Pernahkah merasa tak sanggup menghadapi tumpukan kesulitan?

Pernahkah merasa terpojok oleh kesulitan yang menghimpit?

Hmmm..

Sebagai manusia biasa, saya pernah akrab dengan rentetan tuntutan, berbagai kesulitan, dan terpojok dalam situasi yang sulit. Sepertinya sudah tidak ada daya lagi untuk berjuang. Rasanya sudah mengerahkan tenaga maksimal tapi sudah mentok. Tak kuat lagi melangkah. Mau ngeden? Mau main curang? Jujur saya tidak sanggup.

Satu contoh, saat itu saya dan Ardias sedang sibuk dengan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), KKN, dan tugas-tugas kuliah yang naujubillah banyaknya. Mengurusi PKM saja rasanya sudah jungkir balik. Kami benar-benar mengabdi untuk urusan PKM itu. Mengurus proposal lah. Birokrasi lah. Administrasi lah. Tetek bengek urusan PKM harus kami handle sendiri berbarengan dengan urusan KKN yang sedang sibuk-sibuknya cari pendanaan dan tugas kuliah yang hampir setiap hari mengumpulkan paper dan laporan. Mungkin benar kata Peterpan, serasa kaki di kepala, kepala di kaki. Kami pontang panting membagi waktu kami. Banyak waktu kuliah yang kami korbankan. Kami sudah sering ijin. Dan tibalah saat kami harus membayar uang KKN. Tapi kami hanya punya waktu maksimal satu jam saja di tengah waktu ‘luang’ kami. Tidak boleh lebih dari itu karena Dias sudah tidak punya stok waktu untuk membolos. Dia sudah kebanyakan membolos, jika hari itu dia membolos, ia terancam tidak bisa ikut ujian. Baiklah. Karena urusan bayar membayar tidak bisa diwakilkan dan harus dibayarkan pada hari tertentu sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan, kami pun berangkat menuju BNI. Begitu sampai disana, duhai ibu, Bank sebesar itu sudah macam pasar. Lobby BNI penuh sesak oleh customer Bank dan para mahasiswa yang akan membayar KKN. Kami masuk seperti orang linglung saja. Celingak celinguk kemudian dihampiri satpam. Biasalah satpam Bank menyapa dengan ramah. Tanpa ditanya pun mereka sudah paham bahwa kami adalah mahasiswa yang mau bayar KKN. Satpam tersebut menyuruh kami untuk ambil antrian dulu. Kami diminta memencet mesin untuk ambil kertas antriannya. Entah mendapatkan nomer berapa saat itu. Kami hanya ndomblong melihat antrian. Penuh sesuk begitu. Entah kami harus menunggu berapa puluh nomor. Sepertinya waktu itu adalah tenggat waktu pembayaran, atau hanya hari itu yang bisa kami luangkan untuk membayar ya. Saya sudah lupa. Kalau tidak salah, dari cerita teman-teman yang sudah membayar, ngantrinya bikin keriting karena saking banyaknya. Pikiran saya sudah macam-macam. Bagaimana kalau nanti nggak bisa ikut kuliah. Bagaimana kalau ngantri sampai siang. Bagaimana dengan pekerjaan kami yang belum terselesaikan. Dan akhirnya saya blank. Saya suruh Dias untuk duduk. Syukurlah masih ada tempat duduk untuk kami berdua. Jujur, kenapa saya suruh duduk, soalnya saya sudah lemes dan nggak bisa mikir lagi. Sudah pasrah aja begitu. Pasrah sepasrah pasrahnya. Mau telat kuliah ya monggo lah.

Eeeh baru duduk sebentar ada petugas yang menghampiri, petugas tersebut menanyakan apakah kami mau membayar KKN. Kami jawab iya. Kemudian petugas tersebut menyuruh kami naik ke atas. Katanya kami akan dilayani di ruang atas karena antrian banyak. Sampai di lantai dua kami celingak celinguk karena tidak ada mahasiswa lain selain kami yang membayar di lantai atas. Kami hanya menunggu sebentar saja, lalu ditemui oleh petugas, membayar, tandatangan dan beres! Tak sampai sepuluh menit! Dan setelah itu nggak ada lagi yang disuruh naik ke atas untuk melakukan pembayaran seperti kami.

What a miracle!

Teman saya misuh-misuh waktu saya ceritakan bahwa kami tak perlu ngantri sampe keriting. Dan hanya sepuluh menit! Hehe. Dias dan saya bisa masuk kelas lagi. Nggak perlu mbolos! Yess! Kami nggak perlu Titip Absen atau TA demi menyelamatkan absensi kami yang diambang batas toleransi. Dias dan saya selamat dari kecurangan. Yeaay :) 

Sesudah kesulitan ada kemudahan.

Dan sesudah kesulitan ada kemudahan.

Allah bahkan mengulanginya dua kali dalam ayat 6 dan 7 surat Al Insyiroh. Itu yang selalu saya pegang. Janji Allah itu pasti. Ketika sudah maksimal usaha kita. Lalu kita mentok pada jalan buntu, akan selalu ada pertolongan selama kita yakin. Biarlah Allah dengan kuasaNya yang menyelesaikan permasalahan kita.

Sebuah Quote menarik dari Jaluddin Rumi mungkin bisa menjadi ilustrasi. “Dan jika semua jalan ditutupNya, akan ada jalan tersembunyi yang dibukakan Allah SAW yang tidak pernah akan kau bayangkan sebelumnya”. Ya. Kita tidak pernah tahu rahasia Allah. Bahkan Nabi pun juga tidak pernah tahu jalan apa yang Allah persiapkan untuk mereka. Saya selalu ingat petikan kisah yang ditulis Salim A Fillah tentang para Nabi.

Ketika Nabi Musa AS terpojok oleh tentara Firaun di Laut Merah, beliau tidak pernah tahu mengapa Allah menyuruhnya mengetukkan tongkatnya di sebuah batu. Ketika Allah perintahkan untuk mengetukkan tongkatnya, Ia lakukan saja dengan keyakinan. Ternyata Allah belah Laut Merah. Allah ijinkan Nabi Musa dan pengikutnya untuk menyusuri Laut Merah, berlari menghindari Firaun.  

Nabi Nuh AS, tidak pernah tahu mengapa Allah menyuruhnya membuat bahtera sebesar itu padahal mereka berada di dataran yang jauh dari perairan. Beliau hanya melakukannya karena iman kepada Allah. Meski disangka gila. Meski dicerca. Beliau tetap teguh pada keyakinannya. Ternyata Allah datangkan air bah. Ternyata bahtera itu digunakan untuk menyelamatkan Nabi Nuh AS dan pengikutnya yang beriman.

Nabi Ibrahim AS tidak pernah tahu jika kemudian Allah mengganti puteranya Nabi Ismail AS yang nyaris akan disembelih dengan domba besar. Bayangkan betapa terpojoknya Nabi Ibrahim kala itu. Ismail adalah putra yang ia nantikan berpuluh-puluh tahun. Namun, ia rela, dengan iman kepada Allah ia laksanakan apa yang ia yakini sebagai perintah Tuhannya. Maka Allah ganti keimanannya dengan peristiwa besar Idul Adha.

Satu kata! Yakin. Allah menjanjikan kemudahan bagi orang-orang yang telah melakukan segala sesuatu secara maksimal kala dihadang kesulitan. Allah memerintahkan kita untuk berikhtiar, untuk berusaha. Selama yang kita lakukan adalah sesuatu yang positif, keajaiban itu akan datang secara tak disangka pada saat yang tak terduga. Tentunya, pada saat yang tepat! J


  

Kamis, 11 Juli 2013

Benci jadi damai :)))))

Pernah benci banget sama orang?

Saya pernah dan saya ketakutan sendiri pada kebencian saya ini. Hahaha
Kenapa takut. Ya gimanalah, orang-orang sering bilang kan, ati-ati kalau benci sama orang. Bisa jadi cinta lho nanti. 
Glek. 
Duuuh saya ngeri deh kalau kemudian disandingkan dengan orang ini sama Allah di kemudian hari. Apalagi udah banyak kasusnya. Mbak tetangga idola saya dulu juga sebel ndulit sama suaminya yang sukanya senyum-senyum najong sama dia pas SMP. Trus temen masa kecil saya juga ngalamin hal yang sama. Tapi dia belum sampe nikah sih. Nah dua orang yang saya ceritain ini bersekolah di SMP yang sama. Almamaternya sama. Mungkin kutukan almamater kali ya. Hehehe. Itu yang udah terbukti. Nah temen-temen kerja suka banget ngompor-ngomporin saya tuh. Kalau dalam bahasa saya macok-macokke. Nggodain saya dengan temen kantor saya sebut saja X. Saya jadi makin sebeeeel sama orang itu. Malah ada yang sampai berdoa dia jadi jodoh saya lagi. Alhasil setiap hari, setiap saat, kalau dia lagi aneh perilakunya, saya ketok-ketok meja sambil bilang amit-amit. Eh malah semakin riuh dibecandain. Hayooo mbak ika... hayooo ntar jodoh lho. Makin keceng pula lah saya ketok-ketok meja. Pernah saya sampai marah besar sama Udin menyangkut perkara ini. Padahal saat itu saya lagi puasa. Bodo amat lah. Kemarahan saya udah diujung rambut. Saya muntab. saya menyalahkan Udin yang demeeeen banget nggodain saya dengan dia. Saya bilang gini ke Udin. 
Udiiiiiin, kamu harus tanggung jawab pokoknya. Dulu, kalau diukur kadar ketidaksukaanku pada si X  masih pada batasan normal. Aku masih bisa mentoleransi keanehan dia. Kalaupun dia aneh dan aku nggak suka keanehan dia, itu masih dalam batas wajar. Tapi karena kamu menstimulusku dengan godaan kamu yang bertubi-tubi, aku jadi makin nggak suka sama dia. Kamu tahu kadarnya??? segini nih. Gede banget tauuuuk. Kamu yang salah pokoknya! Kamu pikir aku wonder woman hah, aku nggak punya hati sekuat baja yang bisa mentoleransi itu semua!! (sambil tunjuk-tunjuk Udin, sambil marah-marah. Padahal saya tidak pernah seemosional ini sebelumnya. Tapi nggak tahu mungkin PMS kali ya. Trus si Udin diem doang nggak berkutik. Lain waktu dia minta maaf). Huft. Sabaaaaaaaaaar... Sabaaaaaaaaar

Lho kok bisa sih nggak suka sama si X? Emang dia salah apa?

X itu tipikal lelaki rigid. Kaku. Saya selalu bilang mungkin orang ini adalah robot yang terperangkap dalam tubuh manusia. Dia kaku sekali berkomunikasi. Sering bertingkah aneh. Suka tidak aware dengan lingkungan. Kalau pergi ya pergi aja gitu. Nggak pamit nggak salam. Maka temen-teman sering membully dia. Awalnya saya berempati sama dia. Kalau dia dibully temen-temen, saya bilang jangan lah kasian. Kemudian saya sampai pada suatu peristiwa dimana saya sakit hati pada dia. Ceritanya, saya diberi tugas untuk membuat poster untuk open recruitment programmer. Yang tahu klasifikasinya seperti apa kan dia. Ya saya tanya dong sama dia. Eh sama dia malah disuruh gugling. Carilah sendiri. Dia ngomong gitu dengan nada tinggi. Seakan saya ini tolol. Nggak berguna. Gitu aja pake nanyak-nanyak. Dan itu bikin saya sakit hati. Oke baiklah. Dan ternyata dia seriiiing banget ngomong dengan nada tinggi begitu pada teman-teman yang bikin teman-teman bete. Ya gimanalah saya mau respek pada orang kayak gitu. Saya kan ngeri pas temen-temen yang dengan teganya nggodain saya, ihir ihirin saya dengan dia. Lha nadanya ngomong aja kayak ngajakin berantem. Apakabar kesehatan mental anak dia nanti? hiiiy. Amiiit Amiit deh.

Alhasil manifestasi (ecieh) perilaku saya terhadap dia menjadi atos (keras). Saya tidak pernah mengajak dia berkomunikasi padahal dengan yang lain saya ramah sekali. Perhatian. Selalu saya tanya. Saya sapa. Saya ogah aja berinteraksi dengan dia. Males. Pertama males direspon dengan buruk oleh yang bersangkutan. Kedua males digodain sama temen-temen kalau saya perhatian sama dia. Saya sadar, kognisi dan emosi saya pada dia udah nggak sehat. Interaksi kami nggak sehat. Tapi gimanalah. Saya illfeel sama dia. 

Akhirnya, Tata, si Psikolog muda, konselor hidup saya bilang gini:
Ka, Yusti bilang, kamu harus bisa "berdamai dengan perasaanmu sendiri pada X". Ibaratnya gini nih. (tata menggandeng tangan saya) dia selalu ikut denganmu kemanapun kamu berada. Apa yang akan kamu lakukan?
Ya dilepasin lah. (jawab saya)
Bukan. Bukan dilepasin. Tapi dibawa, dibawa dengan penerimaan yang ikhlas. Diterima bahwa dia ada dalam hidupmu.
Waktu itu saya denial. Ogah deh Ta. Saya ketok-ketok meja. Amit-amit.

Setelah itu saya pulang. Saya nggak mikirin. Nah habis sholat Isya saya dilesakkan Allah pada satu kesadaran. Saya menangis. Entah mengapa. Tiba-tiba air mata saya meleleh. Duuh Gusti saya sudah keterlaluan pada perasaan saya. Akhirnya saya ikuti saran Tata. Saya coba bayangin wajah si X. Saya minta maaf. Beneran minta maaf. Bahkan saya berdoa, jika memang orang ini harus bersanding dengan saya, saya ikhlas. Apa coba yang saya rasakan? Plong. Plooong sekali. Damaaaaaaaiii sekali. Beneran cesss hati saya.
Saya juga beneran minta maaf secara pribadi lho pada dia. Maaf kalau selama ini atos. Sebetulnya ingin ketemu langsung tapi dianya nggak masuk kantor. Jadilah saya wasap aja kebetulan momennya pas mau masuk Ramadan kemarin. Dan hari berikutnya saya bisa menyapa dia dengan damai. Sama sekali tidak ada benci yang harus diamit-amitin. It's not just about forgiveness. It's about acceptance. Dan ternyata menerima dan berdamai itu indaaaaah sekali. Sekarang hidup saya lebih positif. Berinteraksi lebih positif. Yeayyy :))) 
Wanna try? ;)

Senin, 08 Juli 2013

Every mom has her own battle

When I say SUPERMOM, what’s crossing in your mind?
Mungkin beberapa hal di bawah ini ya:
Wanita
Dewasa
Lincah
Gesit
Ibu rumah tangga sejati
Rumah selalu rapi tanpa pembantu
Bisa masak apa aja, ngerjain apa aja, bahkan benerin genteng!
Bekerja  tapi keluarga harmonis
Karir suami yang bagus
Punya anak-anak penuh prestasi
Suami nggak korupsi
Aktif di masyarakat
Berkontribusi bagi lingkungan
Mobilitas tinggi tapi tetep bisa kasih ASI eksklusif
Bisa mengelola keuangan rumahtangga

Oke oke, kalau saya teruskan bisa setebal skripsi saya kali ya... heheh.
Kalau menurut saya tidak ada definisi saklek mengenai supermom. Masing-masing tentu punya definisi subjektif. Tergantung dari pengalaman dan cara pandang terhadap ibu-ibu hebat yang selama ini ditemui. Well, setiap ibu tentulah hebat. Mau statusnya wanita karir ataupun ibu rumah tangga tentu masing-masing punya sisi heroik tersendiri. Dalam hidup saya, ada beberapa wanita yang saya pandang supermom,yaitu  ibu saya dan mbah uti saya.

Kenapa ibu saya supermom? Ya karena dia ibu saya makanya saya pandang super. Hehe. Ibu sama saja sebetulnya seperti ibu-ibu pada umumnya. Pun banyak kurangnya dalam hal mendidik anak. Ketika besar dan belajar Psikologi baru saya sadar bahwa ada yang salah dalam pola pengasuhan ibu. Ibu bukan orang yang komunikatif dalam menyampaikan sesuatu kepada anak. Jarang memberikan apresiasi. Tapi juga jarang marah. Tipe orangtua yang permisif. Terlepas dari semua kekurangannya, ibu adalah sosok tangguh. Bagaimana tidak? Ibu saya seorang guru. Bekerja 8 jam sehari bahkan lebih tetapi masih nyapu, ngepel, memasak, mencuci baju, menyetrika, cuci piring, membersihkan kulkas, kamar mandi, garasi, kamar ketika di rumah. Mengasuh anak. Belanja. Menyediakan keperluan bapak yang super ribet. Bapak saya adalah tipikal lelaki ribet. Mau berangkat dinas ke luar kota, semua harus disiapin ibu. Cerewet sekali bertanya bawa sepatu apa yang pas. Bawa jaket atau tidak. Hmmmm... Bapak saya tiada dua deh. Bapak super ribet dan gak mau repot. Jadi apa-apa ibu yang menyiapkan. Mau upacara tujuhbelasan? Jas, dasi, kemeja, celana panjang harus siap di tempat tidur.

Dulu kami punya pembantu sampai adik saya masuk TK. Tapi selepas itu kami tak punya pembantu lagi. Baru sekarang-sekarang aja punya pembantu.  Soalnya dulu waktu ibu dan bapak berangkat haji, kami pikir rumah bakalan berantakan kalau hanya ditinggali adik lelaki saya yang masih SMA. Jadilah ibu meng-hire tetangga untuk bantu-bantu nyuci dan bersih-bersih. Itu pun hanya dua hari sekali sampai sekarang.  Jadi intinya semua ibu yang mengerjakan. Ibu saya adalah ibu rumah tangga sejati deh pokoknya. Pagi mencuci. Malam ketika kami tidur ibu setrika baju sekeluarga. Belum lagi kadang di sekolah ibu diberi kepercayaan menjadi bendahara apalah, panitia apalah, wakil apalah, wali kelas lah. Ngurus koperasi apalah. Jadi ketika kami mengerjakan pe er ibu turut juga mengerjakan pe er dari sekolah di luar tugasnya sebagai guru.

Di masyarakat? Ibu selalu kebagian tugas jadi entahlah sekretaris atau bendahara atau minimal seksi apalah gitu kalau arisan. Sekarang dikasih kepercayaan jadi bendahara TPQ, ngurusin honor ustadz ustadzah. Selain itu ibu juga sibuk dengan urusan darma wanita. Pernah juga jadi pengurus TK Pertiwi. Dan bla bla bla bla. Konsekuensi yang harus dijalani karena jabatan yang bapak saya pegang. Tapi sejauh ini, rumahtangga ibu dan bapak tetap harmonis. Anak-anaknya, saya dan adik saya belajar sebagai mana mestinya. Ibu tak pernah mengajarkan a dan b secara eksplisit. Tapi kami tahu diri untuk tidak merepotkan ibu dalam hal sekolah. Kami terbiasa pulang sekolah sendiri bahkan ketika kami masih kelas 1 SD. Adik saya bahkan di hari pertama sekolah SD sudah pulang naik angkot.

Ibu saya tangguh sekali ya. Kok bisa ya setangguh itu? Mungkin karena masa kecil ibu yang begitu sulit. Lepas SD, mbah kakung angkat tangan untuk membiayai ibu. Nggak kuat lagi. Ibu anak perempuan satu-satunya. Saudara lelakinya ada 5. Lebih baik adik-adiknya yang bersekolah. Bagaimanalah ibu tidak sekolah. Hasratnya begitu besar. Ibu juara kelas. Masa iya harus pupus untuk sekolah. Tapi ibu tidak patah semangat. Berbekal uang lima ratus rupiah hadiah kelulusan dari gurunya, Ibu mendaftar SMP. Untuk sekolah SMA, Ibu dibiayai oleh buliknya Ibu. Waktu itu ibu mendaftar SMK jurusan Tataboga. Ibu pintar bikin kue. Bisa menjahit juga. Pernah juga ibu dijanjikan akan disekolahkan oleh saudara di Jakarta. Taunya bohong. Malah disuruh bantu-bantu. Akhirnya ibu kabur berbekal cincin yang sengaja diberikan mbah uti untuk jaga-jaga. Kisah ibu buat saya luar biasa. Dari lulusan Tata Boga sekarang jadi guru Bahasa Inggris. Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris.Well, kesimpulan saya terhadap sosok ibu: wanita pekerja yang tetap mengurus rumahtangga dan mengabdi pada suami.

Bagaimana dengan sosok mbah uti?

Mbah uti (ibu dari bapak) adalah wanita selain ibu yang sangat dekat dengan saya. Dulu ketika adik saya lahir, mbah lah yang momong (mengasuh) saya. Mbah uti beruntung pernah mengenyam sekolah hingga SMP. Dulu mbah buyut putri sempat melarang mbah ti sekolah. Buat apa katanya. Tapi mbah buyut kakung mendukung mbah ti untuk terus sekolah.  Kata mbah buyut kakung jaman akan berubah. Bisa baca tulis itu wajib. Secara intelektual mbah uti cukup pintar. Bahkan setua sekarang masih gemar membaca terutama yang bertema kesehatan dan keagamaan.

Well, mbah uti menikah di usia 18 tahun dan dijodohkan. Beda 10 tahun dengan Mbah kakung yang seorang tentara. Pangkat mbah kakung rendah. Saya nggak mudeng dengan pangkat-pangkatan. Yang saya tahu mbah kakung adalah sopir. Ajudan dari seorang dokter tentara. Karena sebagai sopir dan ajudan, mbah kakung sering tugas luar kota bahkan luar negeri mengikuti pak dokter. Pernah juga ditugaskan menjadi pasukan perdamaian di Kongo. Mbah ti sering sekali ditinggal mbah kakung. Bayangkan, mbah ti punya anak lima. Laki-laki semua dengan jarak kelahiran yang tidak terlalu jauh. Sekitar dua tahun sekali punya anak. Rempongnya bisa lah dibayangkan. Mbah ti bercerita, kalau hamil mbah ti akan muntah-muntah sepanjang waktu nggak doyan makan, nggak pernah makan. Hamilnya aja lima kali begitu terus. Belum lagi ngurus anak-anak. Belum ngurus pekerjaan rumah tangga. Aaaak. Saya nggak bisa ngebayangin bisakah saya setangguh itu. Pernah mbah ti cerita, mbah ti harus pulang kampung ke desa, bawa anak-anak tiga biji dan saat itu dalam keadaan hamil anak ke empat. Padahal naik kendaraan umum. Jalan kaki kiloan meter sampai ke rumah mbah buyut yang saat itu belum beraspal. Kalau saya haduh tauk deh bisa ngejalanin nggak.

Yang saya kagumi dari mbah ti adalah beliau orang yang ulet. Untuk menyokong kebutuhan keluarga mbah ti buka warung. Warung apa aja ada deh. Kecil sih tapi ada macem-macem. Dari sayuran, minyak tanah, daging, sembako. Banyak lah. Mbah ti belanja di pasar. Trus dijual di rumah. Mbah ti juga sangat ketat urusan duit. Ya maklum lah dalam prinsip keluarga kami seluruh anak harus sekolah. Semua pengeluaran dicatat. Per anak ada buku khusus untuk pendidikan. Tidak ada asuransi. Yang penting mengencangkan ikat pinggang. Ditabung sebisanya. Hasilnya semua anak-anak mbah uti sarjana. Walaupun secara finansial tidak terlalu kecukupan, mbah ti dan mbah kung masih berusaha menyekolahkan saudara yang tidak bisa sekolah. Awal pernikahan, ada ponakan mbah kung yang ikut disekolahkan. Lalu adaaaa saja yang ikut mbah ti dan mbah kung untuk sekolah. Siapa saja, anak yatim yang ada di desa mbah ti atau mbah kung yang perlu dibantu akan diminta tinggal untuk dihidupi dan disekolahkan. Itu yang membuat saya bangga pada mbah ti. Mbah ti sempurna sebagai ibu rumah tangga yang mengabdi pada suami. Berdedikasi menambah penghasilan keluarga. Setia meski kehidupan hanya sederhana. Setia meski ditinggal tugas kemana-mana.

Dua role model di atas, ibu dan mbah ti, sudah cukup memberikan gambaran bagi saya betapa semua ibu, mau wanita karir atau ibu rumahtangga punya peran yang sama-sama berat dalam keluarga. Ibu adalah wanita karir tapi tetap menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga. Peran di pekerjaan dan keluarga maupun masyarakat tetap seimbang. Sementara mbah uti, ibu rumahtangga tetapi tetap berusaha menyokong ekonomi rumahtangga. Mengabdi sebagai istri prajurit. Setia saat suami di medan perang. Membesarkan anak-anak secara mandiri terkadang tanpa dukungan suami yang harus siap bertugas kapanpun waktunya. Masing-masing berdedikasi. Bagaimana dengan ibu Anda? Seluarbiasa apa perannya sebagai ibu? Sudah pasti SUPERMOM kan? :D

Para supermom. Yang tengah mbah ti pake baju oranye, baju ijo pojok kiri ibu saya

ps: judul kece ini terinspirasi dari sebuah artikel every mom has her own battle di situs theurbanmama.com




Minggu, 16 Juni 2013

#bahagiaitusederhana

Barusaja saya ngecek TL, ada sebuah twitpict menarik. Sederhana saja sebetulnya, sebuah cangkir kopi jaman dulu yang terbuat dari seng kemudian ada tulisannya begini: NGOPI SIK NDAK EDAN. Saya penasaran, ini karya siapa. Dus, saya temukan tulisan kecil di bagian bawah : Karya Farid Stevy Asta.
Well, orang ini lagi. Pertama kali menemukan nama ini di blog mbak tetangga saya. Mbak Ajeng bilang kalau mas Farid ini (sok kenal deh nyeluk mas barang hahha) adalah seniman berbakat. Pernah pameran kalau nggak salah dikasih judul Godres Getih di daerah Kemang. Daaaaaan hari ini saya temukan lagi karyanya muncul di Jogja Update. Langsung saja saya gugling. Ternyata saya menemukan blognya. Artikel pertama yang saya baca judulnya Bahagia itu Sederhana di Pecha Kucha . Bagus juga tulisan mas farid ini. Dia cerita bahwa untuk bahagia itu gak perlu muluk-muluk. Karena dia penggemar kopi dan rokok, cukup dengan ngrokok dan ngopi sudah cukup membuat dia bahagia. Sederhana banget tapi ngena. Terlebih dia memasukkan esensi syukur. Sip deh. Ini saya suka. Ada bau spiritual learning.
Bener juga ya. Kadang kita suka luput mensyukuri nikmat yang kita terima karena kita mempersepsi hal itu sebagai hal yang biasa saja bukan sesuatu yang spektakuler sehingga tidak bisa dikategorisasikan sebagai nikmat yang membahagiakan. Laah padahal kalau dipikir-pikir kita punya banyak hal sederhana yang bisa membuat kita bahagia. Mungkin ini cerminan diri saya ya yang kufur nikmat. Hahahaha. Sering nggak ngeh kalau dengan melakukan aktivitas sederhana ternyata bisa bikin bahagia. Baiklah, dalam artikel blognya, mas Farid kan bertanya tuh hal-hal sederhana apa saja yang membuat kamu bahagia. Nah sekarang saya list deh hal-hal sederhana yang bikin saya bahagia.
1. Sepedaan keliling kampung terus senyam senyum sama orang yang lewat
2. Ngobrol, nggosip sama Dias dan Tata di warung inyong
3. Bonceng motor sama Ojan, haha hihi diajak ngebut --> Ojan: teman baik seperti adik sendiri. Mungkin memang dia dikirim untuk menggantikan adik saya untuk saya asuh. Saya harap adik saya juga diasuh orang, disayangi orang, dijaga orang seperti saya menjaga Ojan. Jadi, tidak boleh ada yang cemburu pada Ojan. Hahahaha. 
4. Buka statistik blog, mantengin berapa yang visit. Bahagia banget kalo ada yang visit walopun cuma dikit dan nggak signifikan. ahahaha
5. Baca komen orang di fb, terutama yang ngomen di status saya
6. Stalkingin blog dan fbnya mbak Ajeng
7. Baca wedding story nya orang,
8. Baca kisah-kisah ibu dan anaknya yang masih baby
9. Buka galery HP, muterin videonya puput yang lagi senyam-senyum mata genit (puput itu sepupu saya, sekarang 9 bulan usianya)
10. Ngobrol sama ibu, bapak dan adik sambil makan bareng
11. Tiap mau tidur baca blog sendiri lewat HP
12. Bikin temen-temen kerja senyum dan ketawa --> gangguin, nggodain, ngajakin ngobrol pas lagi kerja, hahahha
13. Berhasil masak jamur tiram goreng crispy yang enak, dipuji temen --> emang saya doyan pujian. Hahahha
14. Pulang ke Magelang pagi-pagi buta dan bisa ngebut
15. Ngobrol sama simbah, cerita masa kecil saya atau bapak saya atau om om saya
16. Malem mingguan bareng ibuk, berdua aja di rumah, membahas sinetron Haji Muhidin. Ngakak ngakak berdua. 
17. Rujakan malam - malam sama keluarga, insidental, lesehan. Meriah sekali. --> baru tadi malem ngalamin dan itu memorable banget. 
18. Karaokean bareng temen kantor. Nyewa dua jam untuk sepuluh orang. Gokil-gokilan. Nyanyi bareng-bareng sampai serak walopun suara fals. Heboh nyanyi pacar 5 langkah dan pemuja rahasianya Sheila on 7 lalu abis itu foto narsis di lift --> itu konyol tapi sumpah bikin saya bahagia
19. Hang out bareng adik, pulang bareng ke Magelang, sampai Magelang patungan beli martabak manis dan asin langganan kami
20. Foto narsis di IPod kantor atau Iphonenya Esti atau webcamnya Gita. Barengan dua wanita ceria itu. Dan dijejali pula muka-muka isengnya Satrio, Mas Arkham, Ojan, Fadli, muka aseli narsis lebaynya mas Aan. --> mas Aan gokil parah deh.

Itu hal-hal kecil sederhana yang bikin saya bahagia. Hal-hal sederhana apa yang membuat Anda bahagia? Apakah membaca blog ini membuat anda bahagia? well #bahagiaitusederhana.. ^^





Senin, 10 Juni 2013

Menikmati tanpa memiliki, memiliki tanpa membeli


"Banyak hal yang tak bisa kami beli. Tapi kami diberi kesempatan menikmatinya tanpa harus membayar sepeser pun"

Bapak dan ibu adalah PNS di daerah. Jangan tanya berapa gajinya, apalagi asetnya dan jangan tanya pula bagaimana perjuangannya. Di awal pernikahan bahkan keduanya harus menjalani hubungan jarak jauh Purworejo – Magelang. Hanya seminggu sekali bertemu. Saya pun ikut merasakannya. Jika akhir pekan tiba, saya akan merengek minta gendong menuju empang di pinggir jalan kampung dimana saya biasa menunggu bapak datang. Yah, jaman dahulu untuk bisa pindah ke kota yang diinginkan prosesnya tidak mudah. Ibu tidak bisa serta merta pindah ke Magelang seusai menikah. Akhirnya pilihan untuk menjalani LDR pun ditempuh. Ibu tetap mengajar di sebuah SMP di Purworejo dan bapak tetap berkarir di Pemerintah Kota Magelang. Sampai pada akhirnya, ibu bisa pindah bersamaan dengan lahirnya adik saya. Mungkin ini keberuntungan yang dibawa adik saya ya. Kata orang, bayi biasanya bawa hoki. Dan yang lebih hoki lagi kami langsung tinggal di rumah baru. Masih gress. Sebuah perumahan mungil. RSS. Rumah Sangat Sederhana. Cocok untuk kami yang masih keluarga baru. Rumah bertipe 36 dengan dua kamar, satu kamar mandi, dapur yang seuplik dan ruang tamu yang merangkap ruang keluarga. Kami bebas tinggal di rumah itu. Bebas menghuni tanpa harus membeli atau membayar kontrakan per tahunnya.
Itulah berkah. Saya yakin bapak dan ibu tak punya uang untuk membeli rumah saat itu. Menyicil pun tak sanggup saya rasa. Wong mau beli kendaraan saja ngutang ke simbah. Jika mau tinggal di rumah simbah (orangtuanya bapak) sebetulnya bisa saja, tapi kami justru ditawari tinggal di rumah baru. Rumah itu adalah rumahnya pakde. Pakde saya seorang pelaut. TNI AL. Bertugas di Surabaya. Pakde bisa nyicil rumah itu (walaupun dengan susah payah, maklum masih pada meniti karir soalnya) tapi pakde dan keluarga tak bisa menempatinya. Akhirnya kami yang diminta untuk menempati rumah itu. Mau direnovasi boleh. Diapa-apakan boleh. Asal tidak dijual. Hahahaha.
Kurang lebih sepuluh tahun kami menempati rumah itu. Dari kondisi gress sampai kusennya lapuk kena rayap. Dari kondisi asli sampai direnovasi. Merenovasinya juga menyicil. Pertama bagian belakangnya dulu. Bikin dapur dan tempat cuci piring, cuci baju. Tarik napas. Terus bikin taman dan garasi depan. Itu juga bikinnya bertahun-tahun setelah menempati rumah tersebut. Nunggu punya uang dulu disesuaikan dengan kebutuhan.
Sebetulnya, bapak dan ibu pernah meminta pakde untuk menjual rumah tersebut pada kami. Yaa soalnya sudah bertahun-tahun disana. Sudah kerasan. Kami juga tidak enak jika menempati tanpa membayar. Walaupun nyatanya enak juga sih. Gak kelimpungan tiap tahun mikirin kontrakan. Hahaha. Oya dulu, sampai-sampai saya ikut ditumbalkan bapak lho, suruh matur pada pakde untuk mau jual rumah ini. Tapi pakde menolak. Kata pakde rumah itu punya nilai historis. Aset pertama yang bisa dibeli pakde. Apalagi nyicilnya juga dalam keadaan susah. Well mungkin memang jodoh kami dengan rumah ini hanya sampai 10 tahun saja dan kami akhirnya pindah.
Tinggal disana tanpa harus memikirkan kontrakan sedikit memberi ruang pada bapak ibu untuk menabung. Alhamdulillah, seiring dengan berjalannya waktu, karir bapak makin bagus. Bapak dan ibu bisa membeli rumah tua yang letaknya di dekat rumah mbah ti dan mbah kung. Bapak yang menginginkan tinggal disana. Katanya agar bisa dekat dengan orang tua tapi tetap mandiri. Rumah itu kemudian direnovasi dan buru-buru ditempati karena bapak mau pergi haji. Dan pengennya, kalau berangkat nanti walimatussafarnya di rumah sendiri.

Duit dari mana bisa pergi haji????

Bapak jelas tidak punya duit untuk berhaji. Dan saat itu belum terpikir untuk berhaji. Itu kebutuhan tersier bagi kami. Bapak bisa berangkat haji karena ditawari jadi petugas penyelenggara haji.  Dan gratis tis tis. Sebetulnya itu tawaran yang ketiga. Tawaran pertama dan kedua ditampik. Maklum bapak masih keinget dosa. Dulunya bandel. Sholatnya masih bolong-bolong kala itu. Hahhaa. Takut kena karma. Trus atasannya bapak bilang begini: Kalau kamu nggak ambil tawaran ini, bisa-bisa kamu nggak dikasih kesempatan buat berhaji lho! Langsung deh bapak insyaf. Ngangguk gitu aja. Dan jadi berangkat. Sekali lagi bapak tak perlu membayar se sen pun.

Oya balik lagi soal rumah. Rumah lama kami, yang sepuluh tahun kami tempati itu jaraknya cukup jauh dari kota. Mungkin sekitar 7 km dari kota. Padahal saya bersekolah di kota. Ibu mengajar di kota. Kantor Bapak lebih jauh lagi. Setiap hari kami nglaju Secang  - Magelang. Berbekal baju, sandal, rantang, dan buku. Waktu itu bapak mendapat inventaris motor alfa camp. Bayangkan, motor kecil itu ditumpangi orang empat dengan bawaan berupa-rupa tas. Tas isi baju, tas berisi sandal, rantang isi nasi dan lauk. Untung saat itu size kami tak sebesar sekarang. Bapak ibu masih kurus-kurus. Anak-anaknya lebih-lebih lagi. Saya dan adik saya kena flek karena nglaju tiap hari dalam keadaan dingin. Beruntung, adik cuma kena minum obat merah pekat dan biru tua selama setahun saja. Lha saya, dua tahun harus minum obat memuakkan itu.
Karena melihat kondisi kami, dan mungkin juga karena bapak tak lagi dapat inventaris motor, bapak beli sebuah mobil. That’s why akhirnya rumah pinjeman pakde direnovasi, ditambahin garasi. Jangan bayangkan mobil baru! Mewah dan kinclong. Yang ada mobil tua namanya minicab. Mobilnya mungil. Warnanya putih. Mobil tua. Tuaaaa banget. Sampai-sampai kalau mau berangkat kami harus dorong mobil itu dulu. Tapi tua-tua begitu berjasa juga lho buat ngangkutin anak tetangga yang sekolahnya searah dengan kami. Tiap pagi saya dan anak-anak tetangga naik mobil ini. Disopirin bapak. Sampai sekolah A ibu turun, nyebrangin anak-anak. Kadang ada yang belom bikin pe-er. Bikinnya di mobil.
seperti ini kira2 mobil pertama kali kami dulu

Tapi karena performanya sudah tidak maksimal, bapak ganti mobil lagi. Jangan bayangkan yang lebih bagus. Yang penting rodanya empat. Ada atapnya. Nggak rembes kalau hujan. Mobil baru kami hijet 1000. Warnanya biru. Kata bapak dulu belinya tiga juta. Catnya ngelupas disana sini. Jujur, dulu maluuu sekali kalau dianter bapak naik mobil ini ke sekolah. Saya bilang gitu dimarahin deh sama bapak terus suruh berangkat sendiri. Jiaaah. Jauh mamen! Tapi setelah didempul sana sini. Diganti semua joknya, plavonnya, bannya, jadi baru lagi deh. Yah minimal tampilannya nggak sebelas dua belas sama kendaraan tukang sampah deh. Hehe. Mobil ini juga tetap berjasa nganterin anak-nak sekolah setiap harinya.

mobil kedua kami, tapi yang kami punya warnanya biru
Dunia berubah di suatu sore. Saya ketemu bapak di jalan. Bapak bawa mobil gress!!! Baru banget!. Espass. Waktu itu saya kelas 5 SD tahun 2000an. Beneran gres masih baru keluar dari dealer. Kacanya juga masih kayak akuarium. Belum ribben. Joknya masih ada plastiknya. Ya Allah berasa mimpi! Kami punya mobil baru!!! Hahaha gak punya ding, hanya dipinjamkan dalam jangka waktu tertentu. Kami hanya diminta merawat dan digunakan semestinya. Mobil rakyat tuuuh. Tapi kan saya juga rakyat. Bayar pajak juga. Ini rezeki bung! ^^
Lantas nasib si hijet gimana tuh? Si hijet dialihfungsikan jadi mobil carteran. Alhamdulillah masih ada yang mau nyarter. Hehe. Lumayan buat tambahan jajan om saya.
Well, mobil espass itu, si warna biru itu, menemani keluarga kami selama hampir 8 tahun. Dia turut mengantarkan saya lomba ke temanggung dan kebumen sewaktu jaman-jaman porseni SD dulu. Espass ini juga tetap seperti pendahulunya, mengantarkan anak-anak sekolah, tetangga-tetangga kami ke sekolahnya masing-masing. Dulunya hanya satu SD, setelah hadirnya espass jadi merambah ke berbagai sekolah. Ya gak papa lah, asal sejalur, kami angkut. Berapapun anak, asal masih cukup tempat duduk, kami angkut. Bapak naik haji juga naik mobil ini. Kami pindah rumah juga nyicil ngangkutinnya pakai mobil itu. Ahhh pokoknya banyak sekali kenangan dengan mobil ini. Sampai kecelakaan juga pernah. Muka depannya peyok kena mbah-mbah yang menyebrang. Trus sampai sekarang warna depannya jadi beda sendiri.
Tanya dong siapa yang ngelapin tiap hari?
Saya dong yang ngelap tiap hari. Hahaha. Karena kalau nggak dilap bapak nggak mau mengantar.
Setelah delapan tahun bersama, kami harus melepas espass kesayangan kami. #gimana gak sayang, adanya juga cuma itu. Hhe. Bapak dapat mobil baru! Gress. Avanza cuy! Tahun 2008 saat itu lagi booming-boomingnya mobil avanza. Warnanya silver. Dapatnya ketika saya kelas 3 SMA kalau tidak salah. Waktu itu saya surprise banget. Bapak menjemput saya pake avanza baru di tempat simbah di Purworejo. Sepanjang perjalanan purworejo – magelang saya senyam senyum norak. Sama noraknya seperti kelas lima SD dulu, waktu naik mobil espass pertama kali. Hhaha. Mobil ini ikut menemani kisah masuk kuliah saya yang norak. Ujian Masuk dan daftar ulang bawa orang sekampung naik avanza. Semacam piknik. Kalau ingat, duuuh betapa nggilaninya saya. Hahaha.
Tidak sampai hitungan tahun, avanza digantikan mobil lain lagi. Bapak saya naik pangkat. Dipindah ke kantor baru. Mobilnya ganti lagi. Tapi bukan mobil baru. Biar gitu, masih sangat bagus. Kijang LGX. Mobil ini yang selalu mengantarkan saya pulang ke jogja jaman kuliah dulu. Mobil ini juga yang menjadi saksi dahsyatnya letusan Merapi 2010. Saat itu, bapak dan ibu pergi haji. Tiap kamis ada pengajian di rumah. Rabunya saya nekat pulang karena tidak ada ujian. Niatnya jumat pagi balik lagi ke jogja. Saya benar-benar balik jogja jumat pagi itu karena ada ujian kode etik. Dan di jalan, saya tidak tahu kalau jalanan luluh lantak sementara saya masih sibuk sms-an dengan teman tanya materi ujian. Sampai kos sudah heboh. Teman-teman mau mengungsi. Mbak Ana nangis, rumahnya entah jadi apa. Debunya menggila. Sampai di kampus ternyata ujian dibatalkan. Sial! Saya terjebak di jogja. Beritanya sudah tak karu-karuan. Saya akhirnya dijemput sopirnya bapak. Saya bawa siapa aja yang bisa saya bawa. Tapi hanya Ajeng yang ikut. Yang lain memilih naik motor, menyelamatkan motor untuk dibawa ke tempat yang aman. Sampai sekarang kalau tahu merapi mau meletus saya trauma! Mobil ini juga yang selalu jadi angkutannya para santri. Tiap selapan hari, bapak mengundang santri untuk ngaji di rumah. Biasanya sih sepuluh orang. Umpek-umpekan di mobil. Tapi ya cukup-cukup aja tuh. Mereka seneng banget kalau di rumah. Sudah seperti rumah sendiri katanya.
Juni 2012, Bapak dapat mobil baru. VIOS terbaru!!! Saya wisuda diangkut VIOS men. Itu berkah banget kan. Mobil ini bahkan boleh diganti plat hitam dan itu tidak melanggar hukum. Saik kan? Sudah seperti mobil pribadi ajah. Hehehe.

Rumah, mobil dan haji gratis yang kami terima adalah rezeki yang Allah alirkan pada kami. Tentu saya dan keluarga begitu mensyukurinya. Saat bapak dan ibu tidak kuat membeli rumah, mengontrak juga pasti ngos-ngosan saat itu, Allah kirim rumah gratis. Begitu waktunya tepat, Allah ijinkan kami menempati rumah baru yang lebih bagus dan layak. Begitu juga dengan mobil, kami tidak bisa beli mobil bagus. Allah pinjamkan mobil tanpa harus membeli. Bahkan selalu diupdate setiap ada keluaran terbaru. Sebagai PNS daerah, bapak mana punya cukup duit untuk beli mobil. Pernah suatu ketika saya bilang begini: mbok kalau mau beli mobil itu beli mobil yang baru pak. Bapak menjawab: ha mbok sampai pensiun, nggak bisa beli nduk. Yaitulah Bapak. Saya bangga dengan Bapak. Meski hidup kami pas-pasan tapi Bapak insyaallah bersih dari korupsi. Insyaallah rezeki yang mengalir dalam tubuh anak-anaknya adalah uang halal sehingga kami bisa menikmati yang namanya berkah. Saya rasa kehidupan kami semakin membaik setelah Bapak naik haji gratis itu. Subhanallah nikmat Allah untuk kami luar biasa. Perekonomian kami membaik. Kehidupan spiritual kami pun jauh lebih baik. Begitupun prasangka orang terhadap kami, mungkin kami dikira orang kaya kali ya. Bisa beli mobil bagus. Padahal dipinjemin doang. Gak kuat beli sendiri. Ahaha.
Betapa nikmat, jika memiliki tanpa harus membeli....


Selasa, 04 Juni 2013

Kenapa ganti judul?

Sebetulnya sampai sekarang saya masih cari-cari nama yang pas untuk blog ini. Kalau menelisik tujuan awal *halah njuk koyo skripsi wae, saya cuma mau bikin semacam diary sih. Yang memuat cerita saya jadilah saya namakan Cerita Kartika. Tapi kok lama kelamaan berasa narsis abeis gitu kalau namanya Cerita Kartika. Ahahaha. Trus saya ganti deh jadi STOPLES CERITA WARNA WARNI. NB: Ini masih ada kemungkinan berubah lagi sehubungan dengan keplin-plan-an saya yang sudah kadung akut.

Gak ada makna yang filosofis mengenai nama baru ini. Sederhananya begini, Stoples itu kan wadah. Biasanya bening. Jadi bisa kelihatan isinya. Bisa dilihat orang banyak. Terus isinya cerita warna warni. Yatausendirikan bagaimana isi blog ini. Campur-campur. Warna-warni. Ala kadarnya. Apa adanya yang terjadi dalam hidup saya. Apa yang ingin saya katakan. Apa yang saya jalani. Konyol sejadi-jadinya. Heheheee.
Well, mudah-mudahan ke depan, saya bisa kasih cerita yang lebih manfaat, yang nyikologis yaaah... Amiiin.. 

Selasa, 28 Mei 2013

And the celebration still on...


Emm biarlah saya dianggap alay. Mungkin ada yang komentar begini, yaela beginian aja diposting. Prinsip saya sih selama belum keluar fatwa MUI kalo alay itu dilarang, berarti masih boleh ya ngalay begini. Hidup alay!!!! Hhe..
Jadi setelah dengan alaynya memposting surprise party edisi kantor. Saya memutuskan untuk memposting tulisan alay edisi berikutnya. Saya hanya ingin share aja sih kebahagiaan saya pas ultah kemarin. Sungguh, saya bahagia betul dikasih kado-kado yang dibuat dan dibelikan setulus hati dari sahabat-sahabat saya untuk kado ulangtahun. Huaaaaa ternyata saya diberkahi teman-teman yang perhatian. Makasih ya mantemaannn. Mwaaahhhh. *walopun ngasihnya jauuuh setelah saya ulang tahun sih. Sengaja yee??? heheheee
Oya saya kenalin dulu nih manteman saya yang baik itu.. 

Tata: pake baju biru katanya biru melambangkan intelektualitas.Jadi dia demen banget pake baju biru di kampus. Sampe-sampe segala asesoris biar gak kehujanan berbau biru. Apakah itu? --> Mantol biru ngejreng sama sepatu bot biru tua. Intelek bukan?
Dias: berbaju pink. Berhati pink juga. Kami kembar sebetulnya. Hanya terlahir dari dari bapak dan ibu yang berbeda. #laaah
Dan jeng jeng....
Ini rok dari Dias. Dia tau saya lagi ingin memperbaiki penampilan sebagai perempuan. Biar rada feminin gitu. Dikasihlah saya rok. Jadi ceritanya dia belikan dua rok. Untuk saya dan tata karena ultah kami hampir barengan. Trus buat saya agak spesial, dia bilang saya yang suruh milih duluan. Tapi ini rahasia sebetulnya.
Bukan apa-apa sih ta. Knapa saya disuruh milih duluan, karena saya kan lahir duluan. Urut umur lah. Senior nih. hahaha. Makasih dias. tapi maaf belum sempat kupakai walau kutahu kamu pngin liat aku pakai rok ini. Nunggu badan agak langsingan dikit ya. Biar bagus kalo dipakai. Hihihi. Makasih Dias sayaaang :*





Ini tempat leptop dari tata. Warnanya ungu!!! Paporit saya. Yihaa. Dikasihnya beberapa minggu setelah saya ulangtahun. Saya tahu effort dia besar banget untuk nyelesaikan rajutan ini. Di tengah kesibukannya kuliah pascasarjana, dia sempet-sempetin nyelesein. Pake bohong segala lagi, tanya ukuran leptop saya. Dia bilang, adiknya mau beli leptop kayak punya saya, trus tanya ukurannya berapa. Karena saya juga gak tau-tau amat karena ukurannya gak standar, dia sampai nyuruh-nyuruh Udin buat ngukur leptop saya pas saya lagi gak ada. Hahaha. Thengkyuuuu tata. :*


Dua orang tadi sahabat saya sejak kuliah, ada lagi nih yang hobi kasih kejutan buat saya. Namanya Gita. Bagaimanakah penampakan Gita? Apa yang dia bikin buat saya? Baca aja deh sampai bawah.. Hehe..

Gita nih yang bikinin, bros rajutan. Edisi ungu karena saya sukanya ungu. Bagus yah. Ntar kalo minat saya pesenin deh ke Gita. --> insting marketer hahaha

Yang ini dari Gita juga, dia bikin surprise untuk saya. Tau-tau pagi-pagi sampe kantor udah nangkring bginian di meja kerja. Bikin saya senyum senyum bersemu merah tiap liat tanggalan



Dan yang terakhiiir, pamungkasnya nih, Gita bikinkan saya surat di blognya, aiiih makasih Gita sayang... :*

Saya copas langsung dari blognya gita

untuk mbak ika


Hai Mbak! 

Berhubung aku nggak romantis, nggak pandai merangkai kata dan juga nggak puitis, bisanya cuma cuap-cuap sesuka hati, maka ijinkan aku menulis sedikit untuk teman sekaligus kakak dan juga ibu baruku di Jogja, Mbak Ika

Semoga belum terlalu terlambat ngucapin doa ulang tahun sekarang sementara Mbak Ika sudah berusia 23 sejak sebulan lalu

Toh bertambah usia sebenarnya bukan hanya pada ketika tanggal lahirnya kan? Bahkan setiap detik berlalu pun usia saja sudah bertambah

Mbak Ika, dari dirimu aku belajar banyak hal, tentang ketulusan berkata, ketulusan mendengar, ketulusan berbuat. Teruslah menjadi Ika yang menebar manfaat ke orang-orang sekitarmu ya, Mbak

Mbak Ika, semoga kelak menjadi psikolog yang bukan hanya keren bagi klien (eaa klien) tapi juga untuk suami, anak-anakmu, keluargamu, tetanggamu, masyarakat, orang-orang baru yang akan kamu temui kelak. Maksudnya keren, banyak menolong dan menyembuhkan hati-hati yang terluka, aih

Mbak Ika, semoga mimpi-mimpi terkabul dan dimudahkan juga dilancarkan untuk menggapai semuanya. Ketika aku bilang tidak mau turut berdoa perihal cita-cita lanjut sekolahmu agar tidak berhenti bekerja di studio game kita itu bohong kok, doaku selalu yang terbaik untukmu, Mbak

Mbak Ika, yang belum jadi ibu saja sudah sangat keibuan, bagaimana jadi ibu sesungguhnya. Betapa beruntung anak dan teman hidupnya kelak. Semoga waktu pertemuan yang manis itu akan segera datang ya, Mbak 

Mbak Ika, yang pandai memasak. Semoga semakin pandai. Katanya mau ngajarin aku. Kapan? :p

Mbak Ika, yang membuat pupilku membesar kagum ketika bercerita punya cita-cita ingin menyekolahkan keponakan-keponakan kecilnya esok sampai jenjang tertinggi. Doaku semoga keponakan-keponakanmu selalu menyayangi tantenya yang baik hati ini

Mbak Ika, ayo kita berjalan-jalan seharian. Menikmati hidup. Bernyanyi di karaoke dengan voucher setengah harga, makan makanan-makanan enak sepuasnya, membuat prakarya untuk dipajang di dinding kamar kos, streaming video parodi di youtube, memburu novel Tere Liye terbaru di toko buku, dan melakukan hal-hal menyenangkan kesukaan kita lainnya

Mbak Ika, tetaplah ceria dan merdeka! Sungguh dirimu itu luar biasa :)

Mbak Ika, ah nggak bisa ditulis semuanya di sini. Maafkan adikmu ini yang belum bisa jadi adik yang baik buatmu ya. Bahkan janji menulis untukmu saja aku tunda sekian lama karena merasa tidak mampu menulis indah

Satu hal yang harus Mbak Ika selalu ingat: banyak sekali orang yang sayang sekali padamu
Selamat milad. Barakallahu fii umrik, Mbak Ikaku sayang :D



oh iya, ada quotes bagus nih mbak,
"Ajarkan aku untuk selalu memiliki hati yang cantik, hati yang cantik… tidak peduli meski orang-orang tidak pernah sekali pun menyadari kecantikan hati tersebut."
Tere Liye


 


Selasa, 21 Mei 2013

Beginilah kami..

Saling tatap tapi tak terucap
Saling pandang tapi tak terkatakan
Disergap rindu tapi malu mengaku
Kami tahu,
Kami mencinta dalam diam
Kami mencinta dalam angan
Kami terperangkap dalam gemuruh harap
Tapi biarlah...
Biarlah takdir Tuhan yang tentukan..

Yogyakarta, 21 Mei 2013
Untuk sahabat saya,
Yang percaya datangnya takdir cinta,
Untuk tak perlu direkayasa,
Hanya pasrah pada Yang Kuasa
Smoga lelakimu segera hadir 

Rabu, 15 Mei 2013

Titatito.com

Salah satu portofolio saya, akibat ketagihan bikin media edukasi. Bikinnya bareng temen-temen sih. Web nya masih aktif kok. Silakan dikunjungi.
Klik link nya disini sodara-sodaraaaaaa. :D


Tips campur-campur bab kerumahtanggaan


Hai haiiiii :D

Biar rada manfaat dikit, saya mau share nih tentang beberapa tips yang saya dapat selama ini. #ngaku kalo selama ini blog nya isinya galau jodoh mulu, rada gak mutu ahahahha.
Ini dia tips dari saya, eh ibuk saya ding :D

Kalau nasi dalam magic jar bau
Kadang-kadang nasi dalam magic jar suka bau dan benyek kan? Baru sebentar nyimpen udah kuning. Nah ibuk saya sering pake cara ini nih biar nasi tetep awet. Jadi setelah beras dicuci, siap untuk ditanak, tambahin perasan jeruk nipis. Nggak usah banyak-banyak. Biasanya sih cuma seperempat atau setengahnya aja.

Bersihin noda di baju.
Kalau baju bernoda, biasanya mbak yang nyuci di rumah langsung ngrendem baju tersebut pake bayclean sama deterjen. Biar ampuh, bagian yang kena noda dileletin deterjen. Trus kalo udah direndem kira-kira setengah jam atau sejam gitu dikucek deh.

Bab uleg-menguleg
Tau ketumbar? Biasanya kalo mo bikin tempe goreng suka nguleg ketumbar, bawang putih sama garam kan biar gurih?
Nah kalo pas mau nguleg ketumber, ibuk saya selalu cerewet bilang gini, step pertama itu masukin ketumbar di cobek. Kasih air dikit. Fungsi air ini buat membasahi si ketumbar biar gampang ngulegnya. Jadi tumbarnya gak lari kemana-mana. Tapi nggak berlaku buat mrica ya. Mrica nggak perlu dikasih air pas nguleg.
Guna garam
Setelah si tumbar diuleg halus, baru deh tambahkan bawang putih dan garam. Apa fungsi garam? Garam ternyata berguna buat menghaluskan si bawang putih. Makanya garam selalu dicempungkan bersamaan dengan bahan lainnya. Ini berlaku juga kalau mau nguleg sambel.
Kalau mau bikin rica-rica atau bumbu yang memerlukan berbagai ingridient buat diuleg, bahan-bahan harus dimasukin semua. Jangan diuleg satu demi satu. Selain rempong, rasanya juga nanti beda. Pernah nih saya disuruh nguleg bumbu rica, saya uleg bawang-bawangan dulu, baru kunir/kunyit. Tapi kunyitnya malah jadi nggak halus. Masi mrongkol-mrongkol gitu.Kata ibuk, semua bahan harus diuleg jadi satu dan dikasih garam biar lembut jadi mudah ngulegnya.

Bab rebus merebus telor
Biar telor gak pecah waktu direbus, tipsnya adalah masukin bawang merah bersamaan dengan telor. Telornya jadi bagus deh. Nggak pecah.

Bab goreng menggoreng ikan
Saya kalau nggoreng ikan males. Suka njeblug-njeblug soalnya. Makanya kalo nggoreng suka pake helm. Ahahahha. Tapi ada tips bagus nih biar ikan nggak njeblug minyaknya pas digoreng. Masukin bawang merah aja di wajan. Lumayan mengurangi njeblug-njeblugnya itu kok.
Kalau nggoreng ikan bumbunya apa aja?
Mungkin ada yang sukanya pake kunyit ya?
Kalo keluarga saya sih paling cuman modal garam doang udah enak kok
Kalo pake kunyit soalnya jadi gampang gosong.

Bab sprei
Punya seprei lama yang nggak ada karet di pinggirannya? Syusah ya kalo mo dipake buat kasur busa atau springbed. Nah biasanya nih, ibuk saya pake cara bodon. Iket aja ujung-ujungnya biar membentuk sudut. Aduh tapi syusah juga mendeskripsikan. Gini gini. Tiap ujung di tali mati. Jadi ada 4 tali mati di sudut-sudut seprei. Nah tinggal di sesuaikan aja dengan kasurnya. Biar gak lari-lari kasih aja peniti di ujung-ujung.


Nah itu sedikit tips dari saya, semoga bermanfa'aaaaaat *khas tips di majalah-majalah gitu ya boook bahasanya. Ahahahhaaaa... ^^ 

*sorry for the diction
*semrawut 
*ditulis saat laper