Selasa, 30 April 2013

Wajah-wajah itu tergambar jelas dhuha ini


Jauh sebelum dhuha ini, seorang bocah berseragam menggamit sandal, menyebrang jembatan lapuk, komat kamit berdoa agar tidak terseret arus sungai yang deras

Dhuha ini belasan bocah memandang takjub benda bernama mikroskop. Lupa  jika semenit lalu hatinya mencemaskan ruangan kelasnya yang hampir ambruk

Dhuha ini belasan
bocah terpanggang matahari. Mendongakkan kepala pada tiang bendera. Meneriakkan nyanyian Indonesia Raya. Membayangkan 2 Mei nanti akan menjadi petugas upacara.

Dhuha ini sekumpulan remaja berseragam menghisap rokok, bersendau gurau di tenda warung kopi. Diteriaki guru. Bergegas menaiki motor. Liar memacu gas. Memekakkan telinga.

Dhuha ini sepasang remaja. Berseragam putih abu-abu. Mojok di taman kota. Menyenderkan kepala pada pasangannya, minta dibelai.

Dhuha ini seorang remaja berseragam sibuk meng-kepo TL gadis di depannya saat Pak Guru menjelaskan Agresi Militer

Dhuha ini seorang bujang. Berteriak lantang di media sosial. Memaki menteri pendidikan. Memaki kurikulum yang acak-acakan. Memaki ujian nasional yang semrawut memalukan.

Dhuha ini bapak bapak dan ibu-ibu berseragam safari. Duduk di kursi empuk. Dibelai AC yang sejuk. Sedikit terkantuk-kantuk. Membahas bobroknya ujian nasional tahun ini.

Dhuha ini seorang bujang terengah-engah memanggul carriernya yang penuh. Mendaki bukit terjal. Melewati jalan setapak di hutan. Melupakan skripsi dan kisah cintanya yang terkutuk. Sepanjang jalan membayangkan tawa riang anak-anak pedalaman membongkar buku-buku dalam carrier-nya.

Dhuha ini seorang gadis berkacamata. Berpenampilan ibukota. Anggun memegang kapur. Sibuk berceloteh perkalian pada wajah-wajah polos berseragam lusuh. Tak lagi ingat betapa payah sinyal telepon.  Lupa jika hari ini ia ngin mengucapkan selamat ulang tahun pada ibunya di seberang pulau.

Dhuha ini seorang lelaki matang berseragam melangkahkan kaki ke selasar sekolah. Kerepotan membawa kertas-kertas ulangan. Masih tersungging sebuah senyuman. Walau pucat wajahnya tak sarapan dan tak makan semalam. Gaji guru honerernya telah habis ditangan juragan kontrakan. Berharap Tuhan sudi memberinya nasi kotak untuk makan siang anak istrinya. 

Dhuha ini seorang Ayah mengusap peluhnya. Sekuat tenaga mengayuh becaknya. Menawarkan jasa tiada jemu. Teringat SPP anak gadisnya yang belum lunas

Dhuha ini seorang ibu menggelar sajadah. Sesenggukan berdoa. Berharap kebaikan Tuhan. Smoga Tuhan sudi memberikan kelancaran dan kemudahan untuk anak lelakinya yang tengah ujian pendadaran. Menjadikannya Sarjana yang bisa mengentaskan kemiskinan keluarga.

Yogyakarta, 1 Mei 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar