Well, setelah Mail kami temukan, Mail menemukan Udin. Rifauddin Tsalitsy. Mahasiswa Ilmu Komputer UGM/ 2009. Dia yang menjadi artist kami. Mail Programmer dan Udin yang bikin art nya. Personel lengkap. Saatnya melakukan aksi selanjutnyaaaaa..
Step 1:
Kami membuat semacam preliminary research untuk mengetahui bentuk pelanggaran apa yang sering dilakukan pengendara. Kami pilih pengendara motor. Karena dari berbagai survey, pengendara motor adalah penyumbang kecelakaan terbesar dan tentu korban kecelakaan terbesar. Survey kami lakukan di SMA 2 Magelang. Mengapa subjeknya anak SMA? Sebetulnya tidak ada alasan yang sifatnya ilmiah. Kami pilih karena alasan efektivitas. Dan anak SMA mulai menggunakan kendaraan bermotor.
Step 2:
Berdasarkan data yang kami dapat, pelanggaran yang dilakukan meliputi
- Cenglu alias mbonceng telu: melebihi kapasitas yang seharusnya
- Tidak membawa surat bermotor
- Tidak menggunakan helm
- Melanggar lampu merah
- Melanggar marka
- Dll
Selain dari preliminary research kami juga melakukan studi pustaka dari berbagai sumber. Salah satu contohnya dari mitra kami yakni Polresta Yogyakarta.
Data-data tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam game sebagai bahan / materi edukasi.
Step 3:
Kami membuat storyboard, desain game, dan skenario.
Dari awal kami sudah sepakat bahwa game ini diperuntukkan untuk anak-anak usia SD sebagai bahan edukasi.
Kenapa anak-anak usia sekitar 7-11 tahun?
Secara kognitif mereka berada pada tahap yang cukup mudah untuk disuntikkan pengetahuan. Mereka mudah menyerap informasi. Secara perkembangan moral, mereka sedang berusaha memahami arti reward dan punishment. Mereka tengah belajar untuk memahami konsekuensi dari perilaku mereka. Baik perilaku positif maupun negatif. Kombinasi inilah yang cukup efektif dalam membentuk perilaku berlalu lintas yang baik. Oleh sebab itu informasi dan desain game juga kami sesuaikan dengan usia anak-anak agar secara tidak langsung mereka terinternalisasi dari game yang sifatnya fun. Tapi dari sinilah mereka belajar.
Ada 4 level game dalam Jagoan lalu lintas. Masing-masing level memiliki tingkatan kesulitan berbeda dan telah disetting untuk dimainkan per level. User tidak bisa meloncat menuju level setelahnya. Misalnya, dari level 1 ke level 3. Pengetahuan berlalu lintas diberikan secara bertahap sesuai dengan level informasinya. Kami edukasi step by step.
Skenario
Skenario
User seolah-olah dibawa pada situasi real mereka sekarang sebagai anak SD. Untuk bisa berkendara mereka harus memperoleh SIM terlebih dahulu di usia yang telah dianggap dewasa yakni 17 tahun. Nah sebelum mencapai usia tersebut mereka harus tahu dulu perlengkapan berkendara. Mereka harus tahu cara membonceng yang baik. Baru di usia 17 tahun mereka boleh berperan sebagai pengendara betulan. Boleh melakukan simulasi berkendara yang baik dan benar.
Nantinya user akan dikenalkan marka dan rambu-rambu serta konsekuensinya jika melanggar rambu tersebut. Mulailah user dikenalkan terhadap aturan. Mereka dikenalkan dengan konsekuensi dari sebuah perilaku. Terdapat peran reward dan punishment disini. Mereka akan mendapat punishment jika melanggar marka dan rambu. Mereka juga akan diapresiasi jika jumlah skor mereka tinggi.
Terakhir mereka dihadapkan pada studi kasus untuk menyentuh sisi psikologis mereka sebagai pengendara. Untuk mengetahui tingkat awareness mereka terhadap keselamatan orang lain.
Step 4:
Membentuk sekolah pilot project.
Game ini akan digunakan secara luas. Untuk itu kami perlu menguji efektivitasnya. Apakah mampu meningkatkan level pengetahuan user atau tidak. Karena itu kami bentuk sekolah pilot project. Pilihan jatuh pada SD Muhammadiyah Condong Catur. Kenapa sekolah ini? Ada banyak sekolah yang sebetulnya kami tembak yang tentunya memenuhi kriteria kami. Kriteria yang kami buat untuk sekolah pilot project yakni: sekolah memiliki sarana multimedia, IT dan tidak berbelit-belit birokrasinya sebab waktu kami hanya beberapa bulan untuk bisa melaporkan hasilnya. Dosen pembimbing kami, Mbak Sylvi Dewajani mengusulkan SD Muh Concat sebagai pilihan. Dengan rekomendasi beliau, mudah saja untuk mendapatkan waktu atau jam pelajaran kosong yang kami gunakan untuk men-trial game di sekolah ini. Bapak Kepala Sekolah cukup welcome dengan kegiatan kami. Terlebih, Dosen pembimbing kami pernah mengadakan kerjasama dengan sekolah ini sebelumnya.
Perijinan tidak perlu berbelit-belit. Kami mendapatkan kelas unggulan 5A. Kami menjadwalkan ada 6 pertemuan.
Pertemuan pertama:
Kami lakukan building rapport. Perkenalan. Kami juga mengukur pengetahuan dasar mereka tentang berlalu lintas dan pembagian kelompok. Setiap kelompok nantinya akan didampingi oleh 1 pendamping/fasilitator. Tugas pendamping ini adalah menggali informasi mengenai pengetahuan yang didapat selama mencoba game melalui focus grup discussion (FGD) seperti diskusi kelompok kecil begitu. Pada pertemuan pertama ini anak-anak mendapatkan reflektif jurnal. Semacam diary. Mereka bebas menuliskan perasaan mereka atau apapun mengenai game atau hal-hal yang mereka dapat per pertemuan.
Pertemuan kedua, ketiga, keempat dan kelima diisi dengan aktivitas mencoba game per levelnya dan melakukan FGD (diskusi kelompok). Masing-masing pertemuan satu level.
Pertemuan keenam berupa penutupan. Kami evaluasi lagi apakah mereka masih ingat pengetahuan yang didapat selama ini.
Step selanjutnya ada lagi, disambung di Jagoan lalu lintas part 3 yah. Udah ngos-ngosan inih nulisnya hehe.
Bagaimana serunya step 1-2-3-4?
Ini dokumentasi kami.
enjoy it ^^
enjoy it ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar